Selasa, 21 Juli 2020

NEGRIKU

Semburat Senja di Pantai Pulau Datuk Kompas.com - 13/09/2013, 09:46 WIB

        Pengunjung berpose menjelang senja di Pantai Pulau Datuk, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, Kamis (5/9/2013). Pantai yang terletak di Sukadana, ibu kota Kabupaten Kayong Utara, ini menjadi salah satu andalan sektor pariwisata Kayong Utara.(KOMPAS/A HANDOKO)

SENJA menepati janjinya untuk menyajikan panorama yang indah di Pantai Pulau Datuk. Semburat senja mengguyurkan warna oranye. Inilah salah satu keping keindahan alam milik Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. ”Pantai Pulau Datuk salah satu pantai yang tidak berlumpur di Kalbar, berbeda dengan beberapa pant ai lainnya,” tutur Sugeng. Petualang dan fotografer di Kota Pontianak memberi sedikit gambaran pantai itu sebelum kami mengunjunginya. Pukul 17.00. Pantai Pulau Datuk menggenapi penjelasan Sugeng. Matahari sore memang terhalang awan di ufuk barat. Namun, kilauan cahayanya tetap menerobos dan menyiram penggalan pantai yang diapit dua bukit itu. Indah dan menawan. Pantai Pulau Datuk membentang sekitar satu kilometer dengan gulungan-gulungan ombak kecil, pas untuk tempat bermain air. Beberapa jenis tanaman mangrove tumbuh di bagian barat pantai. Juntaian akar mangrove menjadikan pantai itu kian eksotis. Kedua bukit yang mengapit Pantai Pulau Datuk juga lebat ditumbuhi berbagai jenis pohon. Ditambah dengan hamparan bibir pantai yang diteduhi pohon-pohon besar, lengkaplah kesejukan di Pantai Pulau Datuk. Kedua bukit berhutan itu jugalah yang menjaga Pantai Pulau Datuk dari sedimentasi lumpur, sehingga pasirnya lebih bersih dibandingkan dengan beberapa pantai lain di Kalbar. Pantai itu terletak di Sukadana, hanya berjarak sekitar lima menit berkendaraan dari kantor pemerintahan Kabupaten Kayong Utara yang dimekarkan dari Kabupaten Ketapang tahun 2007. Kawasan itu sudah ramai sejak masih menjadi bagian dari Kabupaten Ketapang. Saat itu, tak hanya orang-orang Sukadana yang berkunjung ke sana, tetapi orang-orang Ketapang juga. Bahkan Pantai Pulau Datuk sudah mashyur ke berbagai pelosok Kalbar. Kawasan pantai di Sukadana juga sudah sangat lama menjadi tempat tetirah masyarakat karena pantainya menghadap ke barat, menghadap ke arah matahari tenggelam. Sukadana adalah kota tua di Nusantara. Wilayah itu sudah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Tanjungpura sejak tahun 1431 sebelum ibu kota pindah ke Matan pada 1876. JU Lontaan, dalam bukunya Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, menuturkan, ibu kota kerajaan itu dipindahkan oleh Sultan Akhmad Kamaludin setelah perang dengan Kerajaan Pontianak. Pantai Pulau Datuk dan Sukadana bisa dijangkau dari Kota Pontianak menggunakan kapal cepat dengan ongkos Rp 200.000, dan waktu perjalanan sekitar 5,5 jam. Pengunjung yang ingin lebih cepat sampai bisa menggunakan pesawat dari Pontianak ke Ketapang selama 40 menit, dengan ongkos mencapai Rp 750.000 per orang. Itu pun masih harus dilanjutkan dengan berkendaraan melalui jalan raya Ketapang-Sukadana. Keindahan alam Kalbar seperti di Pantai Pulau Datuk sesungguhnya sudah mulai terpampang ketika pengunjung meninggalkan Pontianak menggunakan kapal cepat menuju Sukadana. Menyusuri Sungai Kapuas dari Pontianak, kapal akan masuk ke anak-anak sungai, sampai ke Muara Kubu, masuk ke jalur sungai lagi sebelum masuk ke jalur laut dari Teluk Batang, Kayong Utara. Gugusan mangrove Di sepanjang perjalanan, pengunjung akan disuguhi panorama gugusan mangrove di kiri dan kanan sungai. Ini adalah salah satu kawasan mangrove yang luas di Kalbar. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kayong Utara, Gunawan menuturkan, pengunjung hanya dikenai retribusi sebesar Rp 5.000 per orang saat libur hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Berdasarkan penjualan karcis saat dua kali masa liburan itu, jumlah pengunjung ke Pantai Pulau Datuk mencapai sekitar 3.000 orang setiap tahun.